Infokota.online
Jakarta — Dalam semangat Bulan Bahasa 2025, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia menegaskan kembali pentingnya bahasa sebagai jembatan persahabatan antarbangsa. Melalui Seminar Kebahasaan Antarbangsa Majelis Bahasa Brunei Darussalam–Indonesia–Malaysia (Mabbim) yang digelar di Jakarta, ketiga negara sepakat menjadikan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu sebagai instrumen strategis dalam diplomasi, pendidikan, dan kebudayaan regional.
Forum kebahasaan yang mengusung tema “Peranan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu dalam Diplomasi dan Hubungan Antarbangsa” ini menjadi wadah penting bagi kolaborasi linguistik serumpun. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menegaskan bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga fondasi bagi terbentuknya kawasan yang berwibawa dan berdaya saing global.
“Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, ketiga negara memiliki peluang besar untuk membangun ekosistem kebahasaan yang tangguh dan relevan bagi generasi mendatang,” ujar Abdul Mu’ti, Kamis (30/10/2025).
Menurutnya, Mabbim sejak awal berdiri telah menjadi simbol kerja sama serumpun dalam penyusunan kebijakan kebahasaan, pengembangan peristilahan, dan pelestarian bahasa nasional masing-masing negara.
Abdul Mu’ti menyampaikan tiga pesan penting dalam kebijakan kebahasaan. Pertama, bahasa sebagai mandat konstitusional dan rumah kebangsaan, yang menjaga persatuan dan martabat bangsa. Kedua, bahasa sebagai infrastruktur pengetahuan, melalui kehadiran KBBI, korpus istilah, dan standar kemahiran berbahasa untuk memperkuat pendidikan serta sains. Ketiga, bahasa sebagai jembatan persahabatan antarbangsa, yang membuka ruang bagi diplomasi publik dan pertukaran budaya.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, menambahkan bahwa forum Mabbim merupakan momentum berharga untuk mempererat hubungan persaudaraan antarnegara serumpun.
“Bahasa Indonesia dan bahasa Melayu bukan hanya warisan kebangsaan, tetapi juga simbol peradaban serumpun yang menjembatani komunikasi dan kerja sama antarbangsa,” ungkap Hafidz.
Ia berharap kolaborasi ini memperkuat peran Mabbim sebagai pelopor kerja sama kebahasaan yang berorientasi pada kemajuan bersama. “Mari jadikan bahasa sebagai pembawa pesan perdamaian dan keadaban,” imbuhnya.
Dari Brunei Darussalam, Pemangku Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka, Awang Suip bin Haji Abdul Wahab, menilai Mabbim lahir dari semangat persatuan untuk memajukan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu dan bahasa integrasi kawasan.
Sementara dari Malaysia, Pengarah Jabatan Pembinaan Bahasa dan Sastera Dewan Bahasa dan Pustaka, Tuan Haji Mohd Salahuddin bin Dato’ Paduka Mohamed—mewakili Ketua Pengarah Hazami bin Jahari—menyebut Mabbim sebagai wadah yang memperkuat hubungan persahabatan dan persaudaraan tiga bangsa serumpun.
“Melalui Mabbim, kita tidak hanya berbicara tentang bahasa sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai bahasa ilmu dan peradaban tinggi yang menjadi jembatan antarbangsa,” tegasnya.
Melalui forum Mabbim 2025 ini, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia kembali meneguhkan komitmen untuk menjadikan bahasa sebagai fondasi persahabatan, ilmu pengetahuan, dan diplomasi antarbangsa. Dalam semangat Bulan Bahasa, ketiga negara serumpun membuktikan bahwa bahasa bukan sekadar warisan budaya, melainkan juga kekuatan strategis yang menyatukan dan memperkuat posisi kawasan di kancah global.
(csw)
