Infokota.online
Washington – Amerika Serikat kembali melancarkan serangan mematikan terhadap kapal penyelundup narkotika di perairan Laut Karibia. Aksi militer ini menegaskan sikap Washington yang semakin keras terhadap jaringan narkotika internasional yang dituduh terkait dengan rezim Venezuela.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, dalam pernyataan resmi Sabtu (1/11), menyebut operasi tersebut dilakukan atas perintah langsung Presiden Donald Trump.
“Departemen Perang, di bawah instruksi Presiden Trump, telah melaksanakan serangan kinetik mematikan terhadap kapal penyelundup narkotika yang dioperasikan oleh organisasi teroris di Karibia,” ujar Hegseth melalui platform media sosial X.
Menurut laporan intelijen AS, kapal tersebut teridentifikasi membawa narkotika ilegal dan dioperasikan oleh kelompok yang dikategorikan sebagai Organisasi Teroris Terdaftar (DTO). Serangan yang terjadi di perairan internasional itu menewaskan tiga tersangka teroris narkotika, tanpa korban di pihak militer AS.
Hegseth menambahkan, aksi itu merupakan bagian dari serangkaian operasi militer yang telah dilakukan sejak September lalu. Hingga kini, Washington tercatat melancarkan lebih dari 14 serangan, sebagian besar di Laut Karibia dan Samudra Pasifik, dengan korban tewas mencapai lebih dari 60 orang.
Meski dianggap sukses oleh militer AS, operasi tersebut menuai kritik tajam dari sejumlah lembaga internasional. Kepala HAM PBB, Volker Turk, menyebut serangan terhadap kapal yang diduga membawa narkoba itu sebagai tindakan “tidak dapat diterima” dan melanggar hukum internasional.
Turk menyerukan agar dilakukan penyelidikan independen, menyebut aksi itu berpotensi merupakan pembunuhan di luar hukum.
Kelompok hak asasi manusia juga mempertanyakan dasar hukum operasi tersebut, mengingat serangan dilakukan di wilayah perairan internasional tanpa mandat dari Dewan Keamanan PBB.
Di tengah meningkatnya tensi kawasan, Presiden Trump menepis laporan sejumlah media AS yang menyebut Washington tengah menyiapkan serangan terhadap instalasi militer Venezuela.
“Tidak, itu tidak benar,” kata Trump kepada wartawan di atas Air Force One, menanggapi kabar bahwa ia akan memerintahkan operasi militer terhadap Caracas.
Meski demikian, laporan investigatif dari Miami Herald dan The Wall Street Journal mengungkapkan bahwa Washington memang telah merancang strategi menghancurkan jaringan Cartel de los Soles—organisasi yang dituduh AS menyelundupkan hingga 500 ton kokain per tahun.
AS menuding Presiden Nicolas Maduro sebagai pemimpin kelompok tersebut dan telah menempatkannya dalam daftar organisasi teroris sejak Juli 2025. Bahkan, Washington telah menggandakan hadiah informasi bagi siapa pun yang bisa membantu menangkap Maduro hingga US$50 juta, serta US$25 juta untuk pejabat kunci seperti Menteri Dalam Negeri Diosdado Cabello.
Menanggapi situasi ini, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuding AS melakukan rekayasa perang narkotika untuk menyerang negaranya.
“Amerika memalsukan tuduhan dan menciptakan perang baru yang abadi. Venezuela tidak memproduksi daun kokain,” tegas Maduro dalam pidato resminya.
Ia juga memperingatkan bahwa kehadiran militer AS di perairan sekitar Venezuela merupakan provokasi terbuka yang dapat memicu konflik berkepanjangan di kawasan Amerika Selatan.
(csw)
