Infokota.online
Pekalongan – Sejumlah pedagang di Pasar Kajen, Kabupaten Pekalongan, mengaku resah dengan kondisi pasar yang kian sepi pembeli meskipun harga sebagian besar kebutuhan pokok relatif stabil. Hanya beberapa komoditas yang mengalami kenaikan, terutama cabai, minyak goreng, dan telur ayam.
Novi, pedagang sembako di Pasar Kajen, menyebutkan harga telur ayam ras kini naik tipis dari Rp27 ribu menjadi Rp28 ribu per kilogram. Sementara minyak goreng curah sudah lama bertahan di harga tinggi, sekitar Rp19 ribu per liter, tanpa ada tanda-tanda penurunan dalam sebulan terakhir.
“Kalau secara umum harga masih stabil, tidak ada lonjakan signifikan. Paling telur naik seribu rupiah per kilo. Untuk minyak curah sudah naik sejak sebulan lalu dan belum turun-turun,” kata Novi, Jumat (19/9/2025).
Namun, berbeda dengan cabai yang justru mengalami lonjakan tajam. Cabai merah keriting yang sebelumnya dijual Rp30 ribu per kilogram kini menembus Rp50 ribu. Sementara cabai rawit dan cabai setan berada di kisaran Rp30 ribu per kilogram. Menurut Novi, kenaikan harga cabai dipicu berkurangnya pasokan dari petani lokal.
“Harga cabai naik karena barang dari petani berkurang. Banyak pasokan langsung dipesan untuk dibawa ke Jakarta dengan harga lebih tinggi, jadi di Kajen stoknya makin terbatas,” jelasnya.
Meski sebagian besar harga kebutuhan pokok tidak mengalami lonjakan berarti, para pedagang justru menghadapi tantangan baru: sepinya pembeli. Kondisi pasar yang semakin lengang dirasakan tidak hanya oleh penjual sembako, melainkan juga pedagang makanan, sayuran, hingga jajanan.
“Keluhannya justru pasar makin sepi. Bukan hanya saya, pedagang lain juga mengeluh pembeli makin berkurang,” ujar Novi.
Fenomena ini dikhawatirkan akan semakin menekan pendapatan pedagang kecil di Pasar Kajen. Padahal, kebutuhan harian mereka bergantung pada perputaran transaksi di pasar tradisional tersebut.

Para pedagang berharap pemerintah daerah dapat memberikan perhatian lebih terhadap kondisi pasar, termasuk upaya stabilisasi harga dan pemerataan distribusi kebutuhan pokok. Pasalnya, kenaikan harga cabai yang signifikan ditambah turunnya jumlah pembeli berpotensi membuat perputaran ekonomi rakyat semakin lesu.
Kondisi pasar yang sepi pembeli bukan hanya terjadi di Kajen, melainkan juga dikeluhkan di beberapa daerah lain. Jika tren ini berlanjut, para pedagang khawatir aktivitas perdagangan tradisional akan semakin tertekan di tengah persaingan dengan toko modern maupun belanja daring.
(war)
