Infokota.online, Pekalongan – Sejarah lokal Pekalongan kembali mendapatkan ruang penghormatan melalui kegiatan bertajuk “Seminar Kesejarahan tentang Waliyullah Mbah Nur Anom Kranji serta Workshop Tari dan Musik Santri Nur Anom”. Acara yang digelar pada 29–31 Agustus 2025 ini berlangsung di Kabupaten Pekalongan dan berhasil menghadirkan perpaduan sejarah, seni, dan budaya dalam satu rangkaian kegiatan.
Inisiatif tersebut digagas oleh Arif Rahman Hakim, pemuda asal Kecamatan Kedungwuni, dengan dukungan Fasilitasi Bidang Kebudayaan 2025. Kegiatan ini juga mendapat perhatian dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X Kementerian Kebudayaan RI yang turut hadir dan memberikan dukungan.
Selama tiga hari, peserta diajak menelusuri jejak sejarah Waliyullah Mbah Nur Anom, tokoh spiritual yang memiliki pengaruh besar bagi masyarakat Kranji. Agenda seminar menghadirkan KH Murokhis yang membacakan manuskrip manaqib Mbah Nur Anom, memberikan pemahaman tentang nilai-nilai keteladanan dan religiusitas yang diwariskan.

Rangkaian acara juga mencakup napak tilas ke makam Mbah Nur Anom serta Masjid Jami Kranji yang bersejarah dengan sengkalan tahun 1828 Masehi. Tak ketinggalan, masyarakat setempat turut mempersembahkan lantunan Sholawat Alaikaya oleh Barik Sabila Munaf, menambah khidmat suasana kegiatan.
Selain aspek kesejarahan, para peserta diberi ruang untuk berkreasi melalui workshop seni tari dan musik. Eksplorasi gerak tari dipadukan dengan irama rebana, terbang genjring, darbuka, serta alat musik tradisional seperti saron dan suling. Tak hanya itu, instrumen modern juga ikut melengkapi harmoni. Hasil eksplorasi dipentaskan dengan tata rias dan busana lengkap, menjadi sebuah karya kolaboratif yang memikat.
Ketua panitia, Arif Rahman Hakim, menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang bukan hanya sebagai ajang mengenal sejarah, melainkan juga sebagai upaya membangkitkan kreativitas generasi muda.
“Kami ingin para pemuda tidak sekadar mengenal sosok Mbah Nur Anom, tetapi juga mampu mengolah nilai-nilai sejarah menjadi karya seni yang relevan dengan zaman,” ujarnya saat penutupan kegiatan, Minggu (31/8/2025).
Menurut Arif, nilai-nilai luhur yang diwariskan Mbah Nur Anom, seperti religiusitas, keteladanan, dan semangat juang, masih relevan hingga kini. Ia berharap kegiatan serupa dapat berkelanjutan, sehingga generasi muda Pekalongan memiliki ikatan kuat dengan kearifan lokal dan mampu melestarikannya dalam bentuk kreatif.
“Harapan kami, kegiatan ini dapat menjadi pemantik bagi anak-anak muda untuk terus menjaga warisan budaya daerah. Jangan sampai sejarah dan tradisi yang kaya ini hilang ditelan arus modernisasi,” tandasnya.
(war)
